Mengenal Siti Walidah Pejuang Wanita
Setiap tahun, kita diajak mengenang sosok Kartini sebagai pahlawan emansipasi perempuan. Sekolah-sekolah mengadakan upacara, anak-anak berdandan ala ningrat Jawa, dan media berlomba mengutip “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Tapi, pernahkah kita bertanya: apakah hanya Kartini yang memperjuangkan perempuan?
Padahal, sejarah mencatat satu nama besar: Siti Walidah, atau lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Ia bukan sekadar istri dari pendiri Muhammadiyah, tapi seorang mujahidah—pejuang perempuan sejati—yang tak hanya menulis gagasan, tapi membangun gerakan nyata yang masih hidup hingga kini.
Perjuangan Nyata, Bukan Sekadar Wacana
Di tengah budaya patriarki dan kolonialisme, Nyai Walidah tak hanya duduk di balik tirai. Ia mengajar, mengorganisasi, dan menggugah kesadaran kaum perempuan untuk bangkit. Ia mendirikan kelompok pengajian perempuan “Sopo Tresno” yang kemudian berkembang menjadi Aisyiyah, organisasi perempuan Islam pertama dan tertua di Indonesia.
Di saat Kartini menulis keluh kesahnya kepada teman Belandanya, Nyai Walidah menggerakkan ribuan perempuan belajar membaca, menulis, memahami Al-Qur’an, bahkan berdakwah dan membina masyarakat. Ia menciptakan sistem, bukan hanya wacana.
Kartini Dikenang, Walidah Dilupakan
Kita tidak sedang merendahkan Kartini. Gagasannya besar. Namun, kita sedang mengingatkan bahwa ada pahlawan yang lebih nyata karyanya, namun luput dari sorotan sejarah arus utama.
Kartini wafat di usia muda. Ia memang sempat belajar tafsir kepada Kiai Sholeh Darat, tapi belum sempat menjalankan gagasan besarnya secara langsung. Sementara Nyai Walidah memimpin Aisyiyah, membangun sekolah, menyantuni anak yatim, dan mendidik kader perempuan yang tangguh—semua atas nama Islam dan cinta ilmu.
Mengembalikan Narasi
Saat dunia hanya mengenal Kartini sebagai ikon emansipasi perempuan, kita harus berani menyuarakan sosok seperti Nyai Ahmad Dahlan—perempuan Muslim yang bukan hanya berpikir, tapi bertindak nyata.
Ia adalah santriwati, pendidik, pemimpin organisasi, penggerak sosial, dan pahlawan nasional. Sebuah paket lengkap yang menunjukkan bahwa perempuan Muslimah mampu menjadi pelita umat.
✊ Saatnya Bangga pada Pahlawan Kita Sendiri
Mari kita hidupkan kembali sejarah yang adil. Sebut Kartini, tapi jangan lupa Nyai Walidah. Kenalkan mereka semua, tapi jangan tinggalkan yang paling nyata perjuangannya.
Karena perempuan Muslim tak kekurangan teladan—kita hanya sering melupakannya.



