Harta Tidak Dibawa Mati?
Banyak orang menganggap bahwa harta yang dimiliki tidak akan dibawa mati, sehingga mereka merasa tidak perlu berjuang keras untuk mencari dan menggunakan harta untuk hal-hal yang baik. Namun, dalam Islam, konsep ini tidak sepenuhnya tepat. Rasulullah ﷺ telah menjelaskan bahwa ada jenis harta yang “dibawa mati” melalui sedekah jariyah dan amal shalih lainnya.
Islam mengajarkan bahwa harta yang kita miliki bisa menjadi sarana untuk mendapatkan pahala yang berkelanjutan, meski pemiliknya telah meninggal dunia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih” (HR. Muslim).
Hadits ini menjelaskan bahwa sedekah jariyah adalah salah satu bentuk harta yang bisa “dibawa mati” dalam bentuk pahala yang terus mengalir. Contoh dari sedekah jariyah adalah membangun masjid, mendirikan sumur, atau menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak.
Islam sangat mendorong umatnya untuk menggunakan harta dengan bijak dan untuk tujuan-tujuan yang mendatangkan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
“…dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…” (QS. Al-Baqarah: 195).
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk menggunakan harta di jalan kebaikan, yang tentunya akan menjadi bekal bagi pemiliknya setelah meninggal. Dengan berinfak, menyantuni yatim, membangun fasilitas umum, atau membantu orang lain, seseorang sebenarnya sedang menyiapkan tabungan amal untuk akhirat.
Ungkapan “harta tidak dibawa mati” sebenarnya bisa menyesatkan jika dipahami secara keliru. Memang, harta fisik seperti rumah, mobil, dan barang-barang tidak akan menyertai kita ke dalam kubur, namun pahala dari pemanfaatan harta tersebut justru bisa menjadi bekal akhirat. Yang dibawa mati adalah amal-amal baik yang dilakukan dengan harta tersebut. Karena itu, semangat dalam mencari harta tidak hanya untuk kenikmatan dunia, tapi juga untuk tujuan akhirat, adalah hal yang sangat ditekankan dalam Islam.
Bagi seorang Muslim, dunia dan akhirat tidak bisa dipisahkan. Seorang Muslim diperintahkan untuk menyeimbangkan antara upaya meraih dunia dan memperbanyak bekal akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dunia adalah ladang akhirat.” (HR. Thabrani).
Artinya, dunia adalah tempat di mana kita bisa menanam kebaikan dengan memanfaatkan harta kita, agar nantinya hasilnya bisa dipetik di akhirat. Dengan memanfaatkan harta untuk sedekah, zakat, infak, dan amal-amal shalih lainnya, kita sejatinya sedang menyiapkan investasi abadi yang tidak akan habis oleh kematian.
Menyatakan bahwa harta tidak dibawa mati secara harfiah memang benar, namun dalam Islam, pemanfaatan harta yang baik justru akan terus mengalirkan pahala bahkan setelah seseorang meninggal dunia. Sedekah jariyah, amal shalih, dan infak di jalan kebaikan adalah cara seorang Muslim untuk mengubah harta dunianya menjadi bekal akhirat yang abadi. Rasulullah ﷺ telah mengajarkan bahwa kita harus bersemangat dalam meraih dunia, karena dari sana, kita bisa membangun amal kebaikan yang akan menemani kita di akhirat kelak.
Dengan demikian, harta yang kita miliki bisa menjadi salah satu jalan untuk meraih ridha Allah ﷻ dan memperoleh pahala yang terus mengalir bahkan setelah kita tiada.