Hidup Seimbang Dunia Akhirat? Kuncinya Ada pada Al-Qur’an

Oleh : Dr. Sri Praptono, S.Sos, M.M
Ketua Pengurus KSPPS Mitra Anda Sejahtera
Ditulis ulang oleh : Mahatma Yusuf

Setiap muslim mendambakan hidup yang seimbang: sukses di dunia tanpa melupakan bekal akhirat. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…”
(QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini menunjukkan bahwa dunia dan akhirat sama-sama penting, dan keduanya ada ilmunya. Dunia dikelola dengan ilmu, dan akhirat pun diraih dengan ilmu. Namun, agar setiap langkah kita bernilai amal shalih, rutinitas harian harus dibingkai dengan niat ibadah. Inilah mengapa setiap aktivitas sebaiknya diawali dengan basmalah dan niat ikhlas. Dengan begitu, makan, bekerja, atau bahkan sekadar tersenyum bisa bernilai pahala.


Qur’an sebagai Panduan Hidup Seimbang

Lalu, dari mana kita belajar menyeimbangkan dunia dan akhirat? Jawabannya adalah Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah mukjizat kalamullah yang diturunkan ke qalbu Rasulullah ﷺ secara mutawatir. Membacanya saja sudah bernilai ibadah. Namun, interaksi dengan Qur’an tidak seharusnya berhenti di kegiatan membaca saja. Ada tahapan yang lebih dalam: mentadabburi, mempelajari, hingga mengamalkan.

Dengan tadabbur, kita menemukan makna yang menuntun kehidupan. Misalnya, memahami asbâbun nuzûl surat Adh-Dhuha mengajarkan optimisme saat menghadapi kesulitan, sementara surat Al-Kautsar menumbuhkan rasa syukur di tengah limpahan nikmat. Dari sini kita melihat: Qur’an bukan sekadar bacaan, tapi pedoman nyata untuk menyeimbangkan hati, pikiran, dan langkah.


Jalan Perbaikan: Keteladanan dan Pengajaran

Jika Qur’an adalah pedoman, maka cara kita meresponsnya adalah dengan senantiasa memperbaiki diri. Agenda besar seorang muslim adalah perbaikan terus-menerus, yang minimal dapat ditempuh melalui dua jalan:

  1. Keteladanan. Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik (QS. Al-Ahzab: 21). Maka, setiap muslim perlu berusaha mematutkan diri agar bisa dicontoh orang lain. Inilah makna ungkapan Jawa, “Guru: digugu lan ditiru.”

  2. Pengajaran, dengan Al-Qur’an sebagai Rujukan Utama

    Seorang Muslim sejatinya harus menjadikan Al-Qur’an sebagai guru sejati dalam kehidupannya. Bukan hanya dibaca dan dihafal, tetapi juga dipahami dan dijadikan pedoman dalam setiap langkah. Allah ﷻ menegaskan bahwa ilmu yang benar berasal dari-Nya. Sebagaimana dalam kisah Nabi Adam `alayhissalam, Allah berfirman:

    “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya.”
    (QS. Al-Baqarah: 31)

    Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu sejati bersumber dari Allah, dan salah satu jalan utama untuk memperolehnya adalah melalui Al-Qur’an. Maka seorang Muslim harus membuka diri untuk diajari oleh Al-Qur’an: menerima bimbingan, arahan, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

    Ketika hati tunduk pada pengajaran Al-Qur’an, seorang Muslim akan memperoleh hikmah dan pemahaman yang melampaui sekadar logika manusia. Dari sini lahirlah pribadi yang berakhlak, berilmu, dan berwawasan luas, karena ia mengacu pada sumber ilmu yang tidak terbatas.

Baca Juga  Cara Mudah Menabung Agar dapat Berqurban Setiap Tahunnya

Buah dari Interaksi Intensif dengan Qur’an

Ketika keteladanan dan pengajaran berangkat dari Qur’an, hidup akan menemukan keseimbangannya. Orang yang intens berinteraksi dengan Qur’an akan:

  • Meraih ketenangan hati, karena Qur’an adalah syifa’ (obat penenang jiwa).

  • Diangkat derajatnya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dan merendahkan kaum yang lain dengannya.” (HR. Muslim).

  • Menjalani hidup seimbang dunia dan akhirat, karena setiap langkah dipandu oleh wahyu.


Khataman Qur’an bukan sekadar menandai akhir dari bacaan, tetapi momentum untuk melangkah lebih jauh: memperbanyak interaksi dengan Qur’an, memperdalam tadabbur, memperbaiki diri melalui keteladanan, dan menyebarkan ilmu dengan ikhlas.

Dengan Al-Qur’an sebagai pedoman, setiap rutinitas bisa berubah menjadi ibadah, setiap langkah menjadi amal shalih, dan setiap usaha membawa kita menuju keseimbangan: sukses dunia sekaligus bahagia di akhirat.