Saat Bencana Terjadi, Donasi Terbaik Bukan Selalu Pakaian—Dan Mengapa Donasi Uang Sering Lebih Tepat
Setiap kali bencana datang, ada sesuatu yang selalu membuat kita bangga sebagai bangsa: kita cepat peduli. Kita tidak menunggu lama untuk membantu. Ada yang membuka galang dana kecil-kecilan di grup WhatsApp, ada yang mengantar logistik dengan mobil pribadi, ada pula yang membereskan lemari untuk mencari pakaian layak pakai.
Semua itu dilakukan dengan niat tulus.
Semua itu merupakan bukti bahwa kebaikan masih hidup di tengah kita.
Namun, di balik semangat itu, ada beberapa hal penting yang sering luput dipikirkan. Bukan untuk menyalahkan siapa pun, tetapi agar kebaikan yang kita niatkan benar-benar sampai sebagai manfaat yang terbaik bagi penyintas.
Mari kita bahas pelan-pelan—tanpa menghakimi, tanpa memojokkan.
1. Mengapa Pakaian Bukan Prioritas Utama Saat Bencana?
Banyak orang menyumbangkan pakaian ketika bencana, dan itu bukan hal buruk. Tetapi sering kali, pakaian yang disumbangkan adalah:
-
pakaian yang menumpuk lama di gudang,
-
baju bekas seragam kantor,
-
pakaian yang tidak ingin dipakai lagi,
meskipun masih “layak”.
Inilah fakta lapangan yang perlu kita pahami bersama:
Pakaian bukan kebutuhan darurat.
Saat bencana baru saja terjadi, penyintas lebih membutuhkan:
-
air bersih,
-
makanan siap saji,
-
selimut,
-
alas tidur,
-
obat-obatan,
-
layanan kesehatan,
-
tempat tinggal sementara.
Pakaian memang dibutuhkan…
tapi tidak di jam-jam pertama, atau bahkan hari-hari pertama.
2. Donasi Pakaian Membutuhkan Logistik yang Besar
Jarang kita sadari bahwa satu kardus pakaian bekas membutuhkan:
-
tenaga relawan untuk mengangkat,
-
ruang kendaraan yang besar,
-
biaya BBM tambahan,
-
waktu sortir di lokasi bencana,
-
ruang penyimpanan sementara,
-
tambahan relawan untuk memilah ukuran dan kondisi,
Padahal ruang di armada terbatas.
Tenaga relawan terbatas.
Sementara kebutuhan lain jauh lebih mendesak.
Itulah sebabnya, di banyak bencana besar, tumpukan pakaian justru menjadi masalah baru, bukan bantuan.
3. “Kalau tidak punya uang, donasi pakaian boleh dong?”
Tentu saja boleh.
Sedekah apa pun bernilai di sisi Allah.
Namun ada satu prinsip indah dalam Al-Qur’an:
“Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai…”
(Ali Imran: 92)
Jika pakaian yang disedekahkan adalah pakaian terbaik, pakaian yang masih kita cintai, insyaAllah itu jauh lebih bernilai.
Yang ingin kita hindari adalah menjadikan bencana sebagai “momen buang barang.”
4. Lalu, Mengapa Donasi Uang Lebih Tepat Saat Bencana?
Banyak orang ragu berdonasi uang.
Takut tidak sampai.
Takut dipakai operasional.
Takut lembaga mengambil keuntungan.
Semua kekhawatiran itu wajar.
Dan perlu dijawab secara jujur dan menenangkan.
Mari kita lihat realitanya.
4.1. Donasi uang membuat bantuan lebih cepat dan tepat sasaran
Setiap bencana memiliki kebutuhan yang berubah-ubah.
Pagi butuh makanan.
Siang butuh air bersih.
Petang butuh selimut.
Besoknya butuh BBM untuk evakuasi.
Dengan uang, relawan dapat langsung membeli apa yang saat itu paling dibutuhkan.
Bantuan menjadi:
-
lebih cepat,
-
lebih tepat,
-
lebih fleksibel.
4.2. Donasi uang memang dipakai untuk operasional—butir ini sering disalahpahami
Relawan bukan malaikat yang turun dari langit.
Untuk bekerja, relawan butuh:
-
makan,
-
BBM,
-
sewa armada,
-
perlengkapan medis,
-
alat evakuasi,
-
peralatan keselamatan,
Apakah ini berarti “uangnya tidak sampai ke penyintas”?
Tidak. Justru operasional itulah yang membuat bantuan bisa sampai ke penyintas.
Jika tidak ada kendaraan,
tidak ada BBM,
tidak ada relawan,
maka bantuan apa pun, termasuk donasi pakaian, tidak akan bergerak.
4.3. LAZ tidak mengambil “keuntungan”—LAZ hanya mengambil hak amil sesuai syariat
Lembaga Amil Zakat tunduk pada:
-
UU Pengelolaan Zakat,
-
peraturan Kemenag,
-
PSAK 109,
-
batas syariah hak amil (maks 12.5%).
Hak amil bukan “keuntungan”, tetapi:
-
gaji amil,
-
biaya operasional,
-
transport,
-
laporan,
-
administrasi amanah,
Tanpa ini, kebaikan tidak akan bisa berjalan.
4.4. Donasi uang lebih mudah diaudit dan dilaporkan
-
ada bukti transfer,
-
ada laporan keuangan,
-
ada data penyaluran,
-
ada dokumentasi,
-
ada pengawasan internal dan eksternal,
Donasi uang justru lebih terjaga dibanding barang yang rawan rusak, hilang, atau tidak sesuai kebutuhan.
5. Jadi, Apa Cara Terbaik Berdonasi Saat Bencana?
Sangat sederhana:
💛 Donasi uang di fase darurat
Untuk kebutuhan cepat & tepat.
💛 Donasi barang berdasarkan daftar kebutuhan resmi
Agar benar-benar terpakai.
💛 Donasi pakaian setelah masa pemulihan
Biasanya 1–4 minggu setelah bencana.
💛 Sedekahkan yang terbaik, bukan yang ingin dibuang
Itulah makna sedekah yang berkualitas.
Kebaikan Tak Diukur Dari Bentuknya, Tapi Dari Manfaatnya
Tidak masalah jika dulu kita sering kirim pakaian saat bencana.
Tidak masalah jika kita dulu belum paham tentang logistik bencana.
Kebaikan selalu berproses—termasuk cara kita menolong.
Yang paling penting adalah:
niat kita tetap tulus, dan kita terus belajar agar kebaikan kita tepat manfaat.
Untuk Anda yang ingin memastikan:
-
amanah tersampaikan,
-
relawan bisa bergerak cepat,
-
penyintas menerima bantuan yang benar-benar dibutuhkan,
donasi uang adalah pilihan yang paling efektif.
Dan kami siap menjadi perpanjangan tangan kebaikan Anda—mengantarkan setiap rupiah menjadi manfaat yang nyata di saat paling dibutuhkan.
✨ Semoga setiap sedekah menjadi cahaya yang tidak pernah padam, bahkan setelah bencana berlalu.












