4 Sifat Wajib Rasulullah, yang Perlu Kita Ikuti
Pentingnya Memahami Sifat Rasul Sebagai umat Muslim, tentunya perlu mengetahui dan meneladani sifat wajib bagi rasul. Nabi dan rasul adalah manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, yang membedakannya dengan manusia yang lain. Selain karena mendapatkan amanah berdakwah, ada sifat wajib bagi rasul yang tentunya dimiliki. Sifat-sifat tersebut menjaga mereka dari dosa, karena tugas seorang nabi dan rasul adalah mengantarkan umat dari zaman jahiliah menuju zaman penuh pencerahan.
Sifat Wajib Bagi Rasul:
- As-Shidiq (Kehandalan dalam Kebenaran)Sifat wajib bagi rasul yang pertama adalah As-Shidiq atau sidik, yang artinya selalu benar dan jujur. Sifat ini pasti dimiliki oleh rasul, sebab tidak ada seorang pun rasul yang berbohong kepada orang lain. As-Shidiq ini begitu melekat pada Nabi Muhammad SAW. Kejujuran beliau tidak terkenal hanya di kalangan para sahabat, tetapi juga para musuh pun mengakui hal tersebut. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ali RA, bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah SAW: “Kami tidak menganggap engkau dusta, tapi menganggap dusta ajaran yang engkau bawa.”
Selain itu, kejujuran juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS kepada bapaknya. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat dan malah mendatangkan mudarat. Maka Nabi Ibrahim berusaha mengajak bapaknya untuk meninggalkan hal tersebut. Peristiwa tersebut diabadikan di dalam Al-Qur’an:
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
“Wa-żkur fil-kitābi ibrāhīm, innahụ kāna ṣiddīqan nabiyyā.”
Sidik sebagai sifat wajib bagi rasul dijelaskan dalam sebuah dalil yang berbunyi, “Jika seandainya mereka berdusta dalam ajarannya, niscaya berita dari Allah juga dusta, karena Allah telah membenarkan mereka dengan adanya mukjizat, yang Allah berikan kepada mereka sebagai jaminan. Dan, mukjizat ini sudah menempati posisi firman Allah: ‘Telah benar hamba-Ku dalam setiap apa yang mereka sampaikan dari-Ku.”
- Al-Amanah (Kepercayaan)Al-Amanah merupakan sifat wajib bagi rasul lainnya. Memiliki arti dapat dipercaya, sifat ini begitu melekat pada para rasul. Setiap perkataan maupun perbuatan yang ditunjukkan oleh rasul sudah pasti dapat dipercayai. Rasulullah tidak mungkin ingkar terhadap perbuatan atau ucapannya, karena tidak ada satupun perbuatannya yang terlepas dari maksud Allah SWT.
Contohnya saat kaum Nabi Nuh AS mendustakan apa yang sudah dibawa dari Allah SWT. Allah SWT menegaskan bahwa Nuh AS merupakan orang yang terpercaya atau amanah.
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ إِنِّى لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
“Iż qāla lahum akhụhum nụḥun alā tattaqụn. Innī lakum rasụlun amīn.”
- At-Tabligh (Menyampaikan)At-Tabligh artinya adalah menyampaikan. Tidak pernah sekalipun Rasulullah menyimpan wahyu dari Allah untuk dirinya atau hanya untuk keluarganya sendiri. Setiap wahyu yang disampaikan kepadanya akan disampaikan kembali kepada umat manusia. Sebab menyampaikan wahyu dari Allah kepada umat manusia merupakan tugas seorang rasul.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya mengenai wahyu yang tidak ada di dalam Al-Qur’an. Ali menegaskan: “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap Al-Qur’an.”
Hal tersebut juga dijelaskan dalam Al-Qur’an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
“Yā ayyuhar-rasụlu ballig mā unzila ilaika mir rabbik, wa il lam taf’al fa mā ballagta risālatah, wallāhu ya’ṣimuka minan-nās, innallāha lā yahdil-qaumal-kāfirīn.”
- Al-Fathonah (Kecerdasan Tinggi)Al-Fathonah berarti memiliki kecerdasan yang tinggi. Ini merupakan sifat wajib bagi rasul yang mutlak adanya. Sebab, kecerdasan tersebut dibutuhkan karena berkaitan dengan misi suci yang telah diamanahkan oleh Allah SWT. Nabi dan rasul diberi kecerdasan oleh Allah SWT agar mampu merangkul hingga memerangi kaum yang menolak keberadaan Allah SWT dan tidak berada di jalan-Nya. Selain itu, juga mengajak mereka untuk berada di jalan yang benar dan diridai oleh Allah SWT.
Dengan memahami dan meneladani sifat-sifat wajib ini, kita dapat mengambil contoh dari rasul-rasul sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari, dan menjalankan tugas-tugas kita dengan jujur, amanah, dan kesadaran akan tanggung jawab kita terhadap Allah SWT dan umat manusia. Sifat-sifat ini juga merupakan landasan etika dalam berbagai profesi, seperti akuntansi, yang mendorong kita untuk bertindak dengan integritas dan kecerdasan dalam menjalankan tugas-tugas kita. Semoga pemahaman ini dapat menjadi pedoman bagi generasi muda untuk menjalani kehidupan dengan sifat-sifat yang mulia ini.