Tata Cara Shalat Minta Hujan, Shalat Istisqa’

Shalat Istisqa’, atau sering disebut juga sebagai “Shalat Meminta Hujan,” adalah salah satu ibadah sunnah yang dilakukan oleh umat Islam ketika mereka menghadapi situasi kekeringan dan membutuhkan hujan sebagai rahmat Allah SWT. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih lanjut mengenai Shalat Istisqa’ beserta tata cara pelaksanaannya.

Pengertian Shalat Istisqa’

Shalat Istisqa’ adalah jenis shalat sunnah yang dilakukan dengan tujuan memohon kepada Allah SWT agar Dia menurunkan hujan sebagai karunia-Nya. Istisqa’ berasal dari bahasa Arab yang berarti “meminta hujan” atau “memohon air.” Ketika terjadi kekeringan atau kelangkaan air, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan shalat ini sebagai bentuk doa dan tawakal kepada Allah.

Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa’

Shalat Istisqa’ dilaksanakan saat terjadi kekeringan yang signifikan dan sumber air menjadi langka. Waktu pelaksanaannya adalah pada siang hari, setelah matahari naik di atas permukaan bumi, tetapi sebelum matahari terbenam. Dalam keadaan darurat, shalat ini dapat dilakukan hingga sore hari, dengan memperhatikan waktu-waktu yang diharamkan untuk shalat.

Hukum Shalat Istisqa’

Hukum Shalat Istisqa’ adalah sunnah muakkad, yang berarti sangat dianjurkan. Terutama ketika suatu daerah menghadapi kekeringan dan krisis air, pelaksanaan Shalat Istisqa’ secara berjamaah dengan warga sekitar adalah langkah yang bijak. Shalat Istisqa’ adalah cara yang diajarkan oleh Islam untuk memohon pertolongan Allah SWT dalam mengatasi kekeringan.

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. disebutkan:

Nabi Muhammad Saw keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rekaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad)

Pelaksanaan Shalat Istisqa’

Berikut adalah tata cara pelaksanaan Shalat Istisqa’ yang benar:

Niat Shalat Istisqa’: Sebelum memulai shalat, bacalah niat Shalat Istisqa’ dengan hati yang khusyuk:

“أصلي سنة الاستسقاء ركعتين مستقبل القبلة اماما/ماموما لله تعالى”

Artinya: “Aku niatkan shalat sunnah minta hujan dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah ta’ala.”

Persiapan

Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk melaksanakan salat secara berjamaah.

Niat

Imam dan makmum, tanpa didahului azan dan iqamah, berniat untuk melaksanakan salat istisqa’ dengan niat yang disebutkan di dalam hati.

Takbiratul Ihram dan Takbir

Setelah niat, imam dan makmum memulai salat dengan Takbiratul Ihram.

Imam dan makmum melakukan takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama dan 5 kali pada rakaat kedua setelah Takbiratul Ihram.

Bacaan dalam Setiap Rakaat

Pada setiap rakaat, imam membaca Surah Al-Fatihah dan satu surat pendek dengan jelas sehingga dapat didengar oleh para makmum.

Kemudian, imam melakukan rukuk, dua sujud, dan duduk di antara dua sujud seperti dalam salat wajib.

Tahiyyat Akhir

Pada rakaat kedua, setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir.

Membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam salat wajib.

Salat diakhiri dengan bacaan salam, dengan imam menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.

Khutbah

Imam menyampaikan dua khutbah yang terdiri dari khutbah pertama dan khutbah kedua.

Khutbah salat istisqa’ mengikuti tata cara yang sama seperti dalam khutbah Id, termasuk membaca takbir sebanyak 9 kali pada khutbah pertama dan 7 kali pada khutbah kedua.

Dalam materi khutbah, khatib mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas dosa-dosa, dan memperbanyak istighfar, berharap agar Allah SWT mengabulkan permohonan hujan dan kebutuhan umat serta makhluk hidup lainnya selama musim kemarau panjang.

Doa Khatib

Setelah mengakhiri khutbah pertama dan kedua, khatib disunnahkan untuk membaca doa dengan cara berbalik badan menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, sambil mengangkat kedua tangannya.

Beberapa doa yang bisa dibaca adalah:

1. Doa Pertama:

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا

“Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī’an marī’an ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā’iman.”

Artinya: “Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi.”

2. Doa Kedua:

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ

“Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj’alnā minal qānithīn.”

Artinya: “Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan.”

3. Doa Ketiga:

اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ

“Allāhumma inna bil ‘ibādi wal bilādi wal bahā’imi wal khalqi minal balā’i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.”

Artinya: “Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu.”

4. Doa Keempat:

اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ

“Allāhumma anbit lanaz zar’a, wa adirra lanad dhar’a, wasqinā min barakātis samā’i, wa anbit lanā min barakātil ardhi.”

Artinya: “Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu.”

5. Doa Kelima:

اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ

Allāhummarfa’ ‘annal jahda wal jū’a wal ‘uryā, waksyif ‘annal balā’a mā lā yaksyifuhū ghairuka.

Artinya: “Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu.”

6. Doa Keenam:

اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا

Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā’a ‘alainā midrārā.

Artinya: “Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.”

Semoga panduan ini membantu Anda memahami tata cara dan pelaksanaan Shalat Istisqa’ yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Shalat Istisqa’ adalah bentuk doa dan tawakal kita kepada Allah SWT untuk meraih rahmat-Nya dan mendapatkan hujan sebagai karunia-Nya.

.

.


sumber : kemenag.go.id dan news.detik.com